Minggu, 12 Juni 2011

demontrasi cara pembuatan LETI (Letupan Emposan Tikus)

DEMONSTRASI PEMBUATAN LETI (Letupan Tikus) KHUSUSNYA TIKUS SAWAH (Ratus Argentiventer Rob & Kloss)







Oleh :
RABIATUL ADAWIYAH
E1B107205












FAKULTAS PERTANIAN
UNIVERSITAS LAMBUNG MANGKURAT
BANJARBARU
2011


PENDAHULUAN


Latar Belakang


Tikus merupakan hama paling penting dibandingkan hama-hama dari golongan mamalia lainnya. Perkembangbiakan tikus amat cepat dan tanaman yang disukainya cukup banyak (padi, jagung, kedelai, kacang tanah, ubi kayu, ubi jalar, tebu, kelapa, kepala sawit, dan lain-lain), serta menyerang tanpa mengenai tempat, sejak dipersemaian, pertanaman sampai di tempat penyimpanan. Tikus aktif menyerang tanaman pada malam hari. Tikus yang lapar akan memakan hampir semua benda yang dijumpainya. Bila makanan cukup tersedia, tikus akan memilih jenis tanaman yang paling disukai, seperti padi yang sedang bunting dan jagung muda. Pada saat makanan banyak tersedia, perkembangbiakan tikus berlangsung amat cepat ( Rukmana & Saputra, 1997).
Digolongkan sebagai hama karena merusak padi dengan mengerat hati pangkal batang muda, makan bunga dan buah padi. Di samping pada padi, tikus sawah ini juga menimbulkan kerusakan pada kelapa sawit dengan merusak semainya. ikus sawah merupakan hama utama penyebab kerusakan padi di Indonesia.(Litbang, 2009). Tikus sawah memakan semua stadia tanaman padi, tetapi bila ada kesempatan memilih maka ia akan memilih pada bunting dan padi menguning ( Rochman 1986 dalam Heiriyani, 1988).
Rata-rata tingkat kerusakan pada tanaman padi yang diakibatkan serangan hama tikus sawah mencapai 17% per tahun. Permasalahan ini antara lain disebabkan pengendalian tikus di tingkat petani dilakukan setelah terjadi serangan (karena lemahnya monitoring), sehingga penanganan hama tikus menjadi terlambat (Litbang, 2009).
Pengendalian tikus sawah terutama harus dilakukan pada saat populasi tikus masih rendah yaitu pada periode awal masa tanam, dengan sasaran menurunkan populasi tikus betina dewasa sebelum terjadi perkembangbiakan. Di samping itu, pengendalian tikus harus mencakup target areal yang luas dengan meperhatikan habitat perlindungan tikus pada masa bera diuar persawahan (BPTP Sumut, 2009).
Pemahaman petani mengenai informasi aspek dinamika populasi tikus, yang menjadi dasar dalam pengendalian juga masih kurang.  Kecenderungan petani masih kurang peduli dalam menyediakan sarana pengendalian tikus, organisasi pengendalian yang masih lemah, dan pelaksanaan pengendalian yang tidak berkelanjutan dapat mengakibatkan meningkatnya hama tikus sawah (Litbang, 2009). Tidak kalah penting adalah masih banyak petani yang mempunyai ”persepsi mistis”. Di lingkungan masyarakat Jawa, biasanya bila petani melihat tikus, tidak boleh menyebut tikus tetapi disebutnya ”den bagus”.  Padahal, pada hakekatnya hal tersebut dapat menghambat dalam usaha pengendalian tikus itu sendiri (Litbang, 2009).
Melihat kondisi di atas, maka perlu Pengendalian Hama dengan fumigasi atau pengemposan dengan asap beracun atau LETI(Letupan Empos Tikus). Cara ini dapat dilakukan dengan emposan tradisioanal pengemposan paling efektif pada stadia keluar malai dan pemasakan (padi stadium generatif), karena pada saat itu tikus sedang masa berkembangbiak dan banyak tinggal diliang. Apabila populasi tinggi pengemposan 2-4 minggu setelah panen dan menjelang pengolahan tanah memberikan hasil yang efektif.
 Memanfaatkan berbagai teknologi pengendalian yang sesuai dan tepat waktu. menurunkan populasi tikus serendah mungkin sebelum terjadi perkembangbiakan tikus dengan cepat (Litbang, 2009).
Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk mengetahui pembuatan LETI dan pengendalian hama tikus sawah di area persawahan.
TINJAUAN PUSTAKA

Padi telah lama dikenal orang dan dijadikan sebagai tanaman utama oleh penduduk dunia, terutama Indonesia. Produksi padi di Indonesia sangat fluktuatif. Ketajaman fluktuatif akan berdampak luas terhadap sistem tatanan Negara yang sebagian besar rakyatnya memilih padi sebagai makanan pokok. Padi juga dapat bersifat politis karena “cukup padi” berarti “cukup pangan”. Dalam Negara yang cukup pangan gejolak politik jarang terjadi (Suparyono dan Setyono, 1993).
Pentingnya padi sebagai sumber utama makanan pokok dan dalam perekonomian bangsa Indonesia tidak seorangpun yang menyangsikannya. Oleh karena itu setiap factor yang mempengaruhi tingkat produksinya sangat penting diperhatikan. Salah satu factor itu adalah hama dan penyakit (Harapan, 1995).
            Salah satu hama utama dan penyebab kerugian terbesar pada tanaman padi adalah tikus sawah (Ratuss argentiventer). Ini ditujukan dengan data yang menunjukan bahwa rata-rata luas serangan tikus setiap tahunnya di Indonesia (1989-1993) mencapai 116.743 hektar dengan intensitas 16,0 %. Sedangkan pada tahun 1994-1996, rata-rata luas serangan setiap tahun mencapai 107.291 hektar (Sudarmaji, 1997).
            Tikus sawah dapat menyerang semua stadia tanaman padi, mulai dari stadia persemaian sampai panen, dan tingkat kerusakan tanaman padi yang diakibatkannya bervariasi untuk tiap stadia tanaman. Tinggi rendahnya tingkat kerusakan pada tiap stadia tanaman tergantung dari tinggi rendahnya populasi yang ada dan juga olh nilai kandungan nutrisi dari masing-masing stadia tanaman. Karena tikus mempunyai kemampuan untuk memilih makanan yang paling disukai, distribusi kerusakan yang diakibatkan oleh jenis tikus ini dapat tersebar pada pertanaman padi beririgasi di dataran rendah, dataran tinggi dan pertanaman padi pasang surut (Murakami, 1992).
            LETI merupakan hasil inovasi dari Jurusan Hama dan Penyakit Tumbuhan Fakultas Pertanian Universitas Lambung Mangkurat Banjarbaru yang merupakan salah satu cara pengendalian tikus dengan pengemposan, sehingga leti khusus digunakan untuk mengendaliakan tikus persawahan yang membuat lubang.
Pelaksanaan
Waktu dan Tempat
Praktek Kerja Lapang (PKL) ini dilaksanakan didesa Telaga Langsat, Kecamatan Takisung, Kabupaten Tanah Laut. Pada hari sabtu tanggal 5-6 Maret 2011.
Peserta
Bahan dan Alat
Bahan
            Bahan-bahan yang digunakan dalam pembuatan leti adalah 1 kg arang dan 1 kg sendawa (garam inggris), karton untuk selongsongan (tempat bahan emposan), spidol, lem kertas, tali nilon, dan benang genderan/sumbu.
Alat
            alat-alat yang digunakan adalah kompor, wajan, sutil, lesung, ayakan, mangkuk plastik.
Prosedur kerja
a.       Pertama-tama tumbuk belerang, arang sampai halus kemudian saring dengan saringan. Sisa hasil saringan (yang masih kasar) dihaluskan lagi dan kemudian disaring.
b.      Potong benang genderan sepanjang ± 10 cm yang akan digunakan untuk sumbu letupan.
c.       Kemudian panaskan air secukupnya di dalam wajan, setelah mendidih masukkan sendawa atau garam inggris. Aduk terus sampai mencair.
d.      Kemudian masukkan belerang dan arang yang sudah halus ke dalam wajan yang telah berisi larutan garam inggris dan aduk sampai tercampur merata.
e.       Setelah itu angkat, letakkan di atas karung dan jemur di bawah sinar matahari. Sisakan secukupnya untuk memasak sumbu dari benang genderan.
f.       Masukkan benang genderan ke dalam sisa adonan leti yang masih ada di wajan, aduk terus dan usahakan seluruh benang merata tertutupi oleh adonan dan setelah merata, angkat kemudian jemur.
g.      Setelah adonan kering, siap digunakan.
h.      Sebelum digunakan, terlebih dahulu potong kertas karton sepanjang spidol besar.
i.        Kemudian buat tabung dan bagian bawahnya di lem.
j.        Masukkan adonan yang sudah kering tadi kedalam tabung karton menggunakan sendok dan sumbunya sambil dipadatkan dengan menggunakan kawat sepeda. Pengisian harus benar-benar padat agar asap yang dihasilkan pada saat pengaplikasian akan keluar banyak. Apabila tidak padat, maka asap yang keluar akan sedikit dan yang keluar banyak adalah percikan api seperti mercon.
k.      Lalu tutup bagian atas tabung kertas.
l.        Sisakan sumbunya sedikit untuk memudahkan dalam membakarnya.
m.    Leti siap digunakan membasmi tikus yang berada di dalam lubang.

Cara Aplikasinya
1.      LETI digunakan untuk mengendalikan tikus yang sudah memasuki masa berkembangbiak (fase generatif padi), dimana tikus saat itu banyak tinggal di liang-liang.
2.      Caranya dengan menyalakan LETI dan meletakkannya di dalam lubang-lubang aktif yang dapat diketahui dari adanya jejak kaki atau adanya tanah-tanah masih beru/basah di dekat lubang atau adanya kotoran tikus.
3.      Lubang-lubang itu kemudian ditutup dan dibiarkan hingga semua bahan emposan telah habis dibakar

HASIL KEGIATAN
Foto-foto kegiatan PKL, cara pembuatan LETI

DAFTAR PUSTAKA

BPTP Sumut. 2009. Prodent. Sumber : http://www.pustaka-deptan.go.id/agritek/smut0901.pdf (diakses tanggal 16 Nopember 2009).
Heiriyani, T. 1988. Preferensi Tikus Sawah (Rattus  argentiventer  Rob % Kross) Terhadap Beberapa Jenis Umpan dan Umpan Beracun di Laboratorium. Skripsi. Fakultas Pertanian UNLAM. Banjarbaru.
Harapan, I.S. dan Budi Tjahjono. 1995. Pengendalian Hama dan Penyakit Padi. Penebar Swadaya. Jakarta.
Litbang. 2009. Kendalikan Tikus dengan PHTT. Sumber : http://www.litbang.deptan.go.id/berita/one/580/ (diakses tanggal 16 Nopember 2009).
Mukarami, O., V. L. Tjandra Kirana, Joko Priyono, Harsiwi, Trisiani, Yadi Kusmayadi, Ecen Tarsan, Samsu, Syahrul Rohman, Rasimum dan Ketut Suarsana. 1992. Tikus Sawah. Kerjasama Teknis Indonesia-Jepang Bidang Perlindungan Tanaman. Direktorat Jendral Pertanian Tanaman Pangan
Rukmana, R & Saputra US. 1997. Hama Tanaman dan teknik Penegndalian.  Kanisius. Yogyakarta
Sudarmaji. 1986. Dinamika Populasi Untuk Menunjang Pengendalian Tikus Pada Padi Tanaman Pindah dan Tabela. Penelitian Pertanian. Bandung.
Suparyono dan Agus Setyono. 1933. Padi. Penebar Swadaya. Jakarta.




2 komentar:

  1. kok gak bisa terbakar penuh?

    BalasHapus
  2. Wynn Hotel and Casino - Mapyro
    Wynn Las 남양주 출장안마 Vegas. Wynn Hotel and Casino. 3131 수원 출장안마 Las Vegas Blvd 문경 출장샵 South, Las Vegas, NV 89109. Phone: 밀양 출장마사지 702.770.6911 Toll Free: 청주 출장샵 800.770.7811. Website: www.wynnlasvegas.com.

    BalasHapus